Realita Ekonomi Indonesia

Terpuruk di tahun 1998 ekonomi Indonesia mengalami masa dimana titik kestabilan ekonomi Indonesia mencapai titik terendah. Krisis moneter yang menghantam hampir di semua negara asia pasifik menyebabkan kestabilan ekonomi dunia sedikit terganggu. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami dampak sangat parah pada bidang ekonominya. Nilai dolar pada tahun ini melonjak sangat jauh dari sebelum krisis moneter menghantam Indonesia. Jika sebelum krisis moneter, nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika hanya sekitar tiga ribu rupiah per dolar amerika namun ketika krisis moneter menghantam, nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika menjadi lebih dari dua puluh ribu rupiah per dolar amerika.

Setelah 10 tahun berlalu, ternyata Indonesia belum juga keluar dari krisis moneter. Tidak seperti Korea Selatan, Thailand, atau tetangga terdekat kita yaitu Malaysia. Kalau dulu Malaysia mengimpor tenaga-tenaga ahli yang ada di Indonesia untuk mengajarkan mereka, sekarang yang ada hanyalah para tenaga kuli yang bisa disuruh seenaknya dan bahkan bisa disiksa yang diekspor dari Indonesia. Mengapa kita tidak segera bangkit untuk menyusul ketertinggalan kita dari negara-negara yang lain? Sebuah pertanyaan besar yang tidak butuh jawaban tetapi membutuhkan aksi yang nyata.

Kelahiran globalisme yang akhirnya memaksa Indonesia juga terjun ke dalam perdagangan bebas. Lihat betapa asing telah mencengkram bumi Indonesia dari Aceh sampai Papua. Tidak ada sumber daya alam strategis yang dimiliki oleh Indonesia, hampir semuanya dikuasai oleh asing. Lihat juga betapa pengaruh asing telah mencengkram pasar di Indonesia. Dengan kekuatan modal asing juga hypermarket seperti Carefour didirikan. Dengan berdirinya hypermarket-hypermarket tersebut menandakan terancamnya usaha rakyat yang terdapat dalam pasar tradisional. Kita juga dapat menyaksikan bagaimana pasar-pasar digusur atau dibakar dengan sengaja untuk mendirikan pasar global di bekas pasar tradisional yang digusur atau dibakar tadi.

Tetapi bukan Indonesia namanya jika tidak ada ketimpangan sosial karena hasil dari sistem ekonomi yang bobrok. Lihat bagaimana sistem yang dipakai sekarang, kalau dulu kita dikenalkan dalam sejarah bahwa Indonesia dalam melakukan perdagangan melakukan barter, namun sekarang, semua itu tergantikan oleh sistem perdagangan yang menjual negara demi uang.

Pasar global juga tidak terlalu khawatir akan kehilangan daya cengkramnya di Indonesia. Bangsa ini sudah diajarkan bagaimana cara mengkonsumsi barang yang gila-gilaan dan di luar akal sehat. Budaya konsumtif adalah salah satu kelebihan utama penduduk negara ini. Lihat bagaimana orang beramai-ramai dan siap mengantri hanya untuk melihat peluncuran tipe handpone terbaru. Bahkan dalam lelang satu batang handpone dibeli seharga 45 juta. Uang yang cukup sebetulnya untuk menyekolahkan lebih dari 50 orang yang putus sekolah.

Perbaikan ekonomi di Indonesia merupakan mimpi di setiap orang kecuali orang-orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Tugas kita adalah untuk menggali ilmu sesuai dengan bakat yang ada. Kita tidak bisa langsung asal masuk ke dalam sistem tanpa adanya pemahaman di dalamnya. Karena keberhasilan perubahan itu di tunjang oleh the right man on the right place, orang yang tepat pada posisi yang tepat.

About eyash

Let me introduce myself.. My name is Andreas Harnindito, you can call me Andreas. I am 21 years old, male, born and raised in West Bekasi, but now I live in Yogyakarta.. uhm..Gadjah Mada University is my campus and computer science is my major. In this campus I'm lerning about science, computers, friends, and many more. I identified my self as kind person,and full of youth energy.. I love indonesian food, any kind of fruits and vegetables. I also watch comedy and action movies, I love play football and play it in my pc game. So, if you want to know about me, you can see my profile and my words...

Posted on April 24, 2009, in Kampus and tagged , . Bookmark the permalink. 1 Komentar.

  1. baru ya…
    Bukan Sekedar Kata..
    emang ada apa lagi di blog ini selain kata2?

Tinggalkan komentar